Thursday 15 February 2018

Sepenggal Cerita tentang Kamu

Bila kamu melihat beberapa tulisanku sebelum ini, kamu pasti akan mengerti bagaimana perasaanku. Kamu juga pasti akan menemukan kata-kata yang tertuju padamu. Ya, tulisan yang selalu menyebutkan kata "kamu", adalah prosa-prosa tanpa alamat yang aku buat berdasarkan tulisan-tulisanmu yang dahulu.

Aku telah menjatuhkan hatiku padamu sejak kali pertama aku membaca tulisan indahmu. Kamu selalu berhasil menaik turunkan perasaanku hanya dengan rangkaian kata yang tak bersuara milikmu itu. Jika kamu tahu, mungkin kamu akan mengatakan bahwa aku terlalu percaya diri. Mengharapkan barisan kata itu ditujukan untukku. Padahal aku jelas tahu, bukan aku tokoh utama dari setiap prosamu.

Namun, meski aku tahu yang sebenarnya. Tetap saja aku tak bisa mengelak bahwa aku menginginkannya. Aku menginginkan posisi utama yang terkandung dalam prosamu. Aku ingin kamu menuliskannya hanya untukku.

Membaca tulisanmu bagiku adalah candu. Membuat aku menginginkannya lagi dan lagi. Bahkan tak membuatku bosan meski telah ku baca berulang kali. Keindahan rasa yang kamu tuangnya selalu membuat aku terbuai bersama ketidakpastian. Ketidakpastian yang sebetulnya sudah dapat ku pastikan, tapi aku menolak untuk mengerti.

Terkadang tidak mengerti adalah anugerah. Kerena ketika aku mulai mengerti dan ternyata sesuatu yang pasti itu berlainan dengan hati, pasti aku akan tersakiti. Maka untuk kesekian kalinya, aku akan berpura-pura tak mengerti.

                                                          (Gambar oleh Google)

Selamat kembali pada pagi di musim dingin.


Depok,
Februari 2018
Saat burung-burung bernyanyian