Thursday 12 May 2016

Rahasia Ayah Edy: Memetakan Potensi Unggul Anak



Pertama kali mendengar nama ‘Ayah Edy’ pada sebuah diskusi, saya kebingungan, siapa ‘Ayah Edy’ hingga namanya dibawa-bawa dalam diskusi terkait pendidikan anak. Berawal dari kebingungan, hingga terjawab secara tak sengaja di pelataran masjid kampus.  Seorang kakak meminjamkan salah satu buku Ayah Edy kepada saya untuk menyelesaikan penugasan dalam kegiatan Training Education for Reformers 2016.  Kebetulan yang memang telah Allah takdirkan nampaknya :)
Nah, kali ini saya akan sedikit mengulas buku tersebut, yang berisi tentang Memetakan Potensi Unggul Anak. Ini adalah buku Ayah Edy yang pertama saya baca, the first and the one hehe.  Dari judulnya saja bisa dirasakan aura-aura parenting dalam buku ini, hehe. Iya gak sih?  Calon orang tua dan calon guru harus baca ini deh, recomended… buku ini sebenarnya lebih banyak mengisahkan tentang anak-anak yang telah Ayah Edy bimbing dalam pengembangan potensinya.
Ada salah satu kalimat dalam buku ini yang terngiang di kepala saya “Setiap orang, setiap anak, lahir  dengan membawa bibit unggulnya masing-masing.” Sayapun meyakini hal itu, bahwasannya setiap orang yang hidup memiliki kemampuan unggulnya masing-masing, yang sering disebut bakat atau potensi. Bukan tidak mungkin seorang anak memiliki lebih dari satu potensi, namun dari setiap potensi yang dimiliki pasti ada satu potensi yang paling menonjol. Ya, itulah potensi unggul. Yaitu potensi terbaik dari semua potensi yang dimiliki.
Untuk mengetahui potensi seorang anak, tentunya perlu perhatian dan pengamatan lebih dari orang tua. Sebagai orang yang selalu bersama anak di usia awal perkembangan, orang tua menjadi penentu perkembangan potensi anak. Bukan tidak mungkin potensi unggul anak akan tidak muncul karena kurang diberikan stimulasi sedari dini.
Pada buku ini Ayah Edy membagikan rahasianya dalam memetakan potensi unggul anak dengan lima langkah. Langkah pertama, Menyusun program stimulasi. Pada usia dini anak mungkin belum bisa mengungkapkan apa minatnya, untuk itu orang tua perlu memberikan stimulasi awal dengan memperkenalkan anak dengan banyak kegiatan yang  menstimulasi muculnya minat dan bakat anak. Orang tua sangat bisa menggunakan berbagai macam permainan untuk stimulasi awal seperti boneka, masak-masakan, bola, mobil-mobilan dll. Mulailah pengamatan untuk mengetahui permainan mana yang  paling anak sukai atau ia tak bosan memainkannya dalam waktu yang cukup lama. Selain itu orang tua juga dapat mengajak anak menonton film anak yang tak hanya menarik tapi juga membuka cakrawala mereka tentang berbagai jenis profesi seperti Doc McStuffins (memperkenalkan profesi dokter), Handy Manny (memperkenalkan profesi mekanik), dan masih banyak film serupa yang menarik untuk ditonton anak. Selain itu orang tua bisa juga membacakan buku cerita dengan berbagai tokoh yang menjelaskan tentang profesi,  mengajak anak mengunjungi pameran, menyaksikan berbagai pertunjukan, mengenalkan anak dengan olahraga dan masih banyak stimulasi lainnya yang dapat orang tua lakukan untuk melihat minat dan bakat anak.
Langkah kedua, membuat daftar minat dan bakat. Setelah berbagai stimulus diberikan, orang tua dapat mulai membuat daftar minat dan bakat yang telah diperlihatkan anak. Langkah ketiga, uji coba minat dan bakat. Bila anak sudah menunjukkan minat pada sebuah bidang tertentu maka tawarkanlah anak untuk menguji apakah ia memang memiliki bakat di bidang tersebut. Misalnya jika anak ingin menjadi pemain piano, tawarkan anak mengikuti les piano untuk mengetahui sebesar apa minatnya dengan piano. Idealnya percobaan ini dilakukan selama tiga bulan sampai satu tahun, dalam tempo itu biasanya anak akan menunjukkan kejenuhannya pada suatu aktivitas atau tetap menikmatinya. Jika minatnya besar, dan setelah diuji bakatnya juga kuat, serta ia sangat tekun berlatih, itu merupakan petunjuk kuat potensinya. Uji bakat ini bukan hanya melihat dimana potensi anak tapi juga melihat sejauh mana konsistensinya. 
Langkah keempat, Penajaman profesi, yang bertujuan untuk mengetahui spesifikasi minat dan bakat anak. Ketika anak suka pesawat, jangan buru-buru menyimpulakan bahwa anak ingin menjadi pilot. Karena banyak sekali profesi yang berhubungan dengan pesawat mulai dari engineering, desain, hingga entertaiment yang ada di pesawat. Salah satu cara penajaman profesi adalah dengan mengamati pertanyaan yang dilontarkan anak. Ini adalah kunci untuk bisa memilihkan sekolah yang paling tepat dan paling baik bagi anak. Langkah kelima, make a life plan. Setelah tujuan spesifiknya telah ditemukan, maka saatnya membuat rencana ke depan. Rencana yang dibuat bagaikan peta sebagai penunjuk jalan  yang harus dilalui anak untuk mencapai tujuannya. Belakangan ini sering saya temui orang-orang yang menuliskan impiannya dan ditempel di dinding kamar, sayapun begitu. Tujuannya agar selalu ingat tujuan hidup yang harus dicapai, dan saya rasakan dengan menempelkan impian kita di tempat yang dapat kita lihat setiap harinya akan memberikan semangat positif dalam menjalani hidup. Begitupun dengan anak, lagi-lagi orang tua berperan dalam membantu anak menentukan tujuan hidupnya.
Mengapa perlu dilakukan pemetaan potensi unggul? Bila berpikir jauh ke depan, tanpa pemetaan akan dilahirkan para pekerja yang unhappy, yaitu pekerja-pekerja yang tidak mencintai pekerjaannya. Yang hanya menunggu hari jumat ketika senin menyapa. Tanpa pemetaan biaya pendidikan yang dikeluarkan hanya expenses, padahal itu akan menjadi investasi bila anak menempuh pendidikan sesuai dengan potensinya. Bila berpikir dekat, tanpa pemetaan anak akan kesulitan dengan kegiatan belajarnya dan tidak menikmati masa pendidikannya. Potensi unggul yang dimiliki anak bila terus diasah akan berkembang pesat bahkan menjadi top of top. Sayangnya sistem pendidikan kita nampaknya tidak atau belum mendukung. Dalam buku ini Ayah Edy sangat menyayangkan sistem pendidikan yang masih menuntut anak menguasai berbagai bidang. Bila nilai bahasanya bagus tapi kalau matematika rendah, anak diminta untuk melakukan les matematika untuk meningkatkan kemampuan matematikanya. Padahal ketika anak dipaksa menguasai berbagai jenis bidang, otaknya akan kewalahan menerima rangsangan yang diberikan. Mungkin anak memang akan mengetahui banyak hal, tapi pengetahuannya hanya rata-rata saja, tidak menguasai secara mendalam. Beda dengan anak yang memang diasah pada satu bidang, tentu hasilnya akan lebih signifikan bahkan kemampuannya bisa mencapai world class bila benar-benar diasah. Peran orang menjadi nomor satu dalam pemetaan potensi unggul anak. Ketahuilah sedini mungkin agar kelak akan melahirkan orang-orang yang bekerja dengan hati.
Buku ini banyak menceritakan tentang kisah anak-anak dan orang tua yang sempat tersesat dalam penemuan potensi, juga berbagai pengalaman nyata yang sengaja dibagikan sebagai bahan pembelajaran untuk banyak orang yang tidak mau tersesat. Ayah Edy memasukkan berbagai pertanyaan dari orang tua dalam buku ini, yang tentunya dengan jawaban yang sangat membantu, tidak akan menyesal bila membacanya. Penulisan kalimat yang sederhana menjadikan buku ini mudah dipahami pembaca, dan sumbernya yang berdasarkan pengalaman-pengalaman nyata juga banyak memberikan gambaran bagaimana seharusnya orang tua memandang potensi unggul anak tanpa memaksakan kehendak orang tua. Yuk lah, dibaca.

Thursday 5 May 2016

Celoteh Anak: Guru dan Kompetensinya




       Bicara tentang pendidikan tidak akan pernah ada habisnya, mulai dari pendidikan di sekolah hingga kebijakan pendidikan yang menyangkut masyarakat luas dan pemerintahan tentunya. Aku mah apalah, tak kuasa membahas pendidikan yang luas jadi cerita sedikit aja tentang pendidikan di sekolah yang benar adanya. Berangkat dari amanah TER yang harus mengulik kegiatan siswa di sekolah, ya sudah pastilah aku mengulik dari adik  pertamaku yang saat ini kelas 7 di salah satu SMP Negeri di kota Depok. Nampaknya kalau bukan karena harus mengulik, aku tak akan banyak bertanya padanya, karena malas sekali bertanya bila tidak dijawab. Adikku, seorang laki-laki usia 13 tahun, yang cuek banget, saking cueknya kadang kalau ditanya aja gak jawab. Gak tau deh karena memang dia gak denger, enggak mau denger atau memang gak peduli sama orang lain karena terlalu sibuk dengan ponsel hitamnya. Memang ya, ponsel bisa membuat yang jauh menjadi dekat, dan yang dekat terasa jauh. Ah, sudahlah terlalu lama prolognya hehee.
Hal yang paling menarik aku tanyakan untuk membuka perbincangan kala itu adalah “kamu dikasih PR gak sih sama guru?” hal itu memang menjadi pertanyaanku sejak lama karena tak pernah melihatnya mengerjakan PR apalagi bertanya padaku tentang PR-PR nya. Padahal dulu ketika SD selalu memintaku membantunya mengerjakan PR. Ng, benar saja, karena daya tarik ponsel hitam miliknya dia hanya menjawab “dikasih tapi jarang” jawabnya dengan pandangan yang tak beralih dari benda hitam sepuluh cm itu. Akupun memintanya untuk menaruh benda itu sejenak untuk sekedar berbincang seputar sekolahnya. Dia meletakkannya di meja. PR yang diberikan memang tidak setiap hari tapi tidak sekalipun aku pernah melihatnya mengerjakan PR. Rupanya ia mengerjakan PR di sekolah sebelum jam belajar di mulai, ungkapnya. Alamak, aku jadi ingat akupun pernah begitu ketika sekolah dulu. Tapi itu  juga kalau aku benar-benar tidak bisa mengerjakannya sendiri. Dia bilang gak bisa ngerjainnya jadi melihat pekerjaan temannya. Tapi aku rasa, bukan karena dia tak bisa tapi ia tak mau untuk mencoba. Aku melihat perubahannya ketika masuk SMP ia menjadi lebih malas belajar dibandingkan sebelumnya. Ternyata setelah ditelaah lagi beberapa guru di sekolahnya tak ia sukai, ada yang sudah tua cuma ngoceh aja, ada yang galak marah terus, ada yang santai sampai-sampai penyampaian materi yang terlalu pelan membuat siswa tak menangkap apa yang disampaikan.
Lagi-lagi, tentang sumber daya manusianya. Masih banyak guru-guru yang kurang kreatif dalam pengajaran sehingga siswa jengah dengan metode yang itu-itu saja. Apalagi, bila hanya ceramah, tok. Padahal tak banyak siswa yang kemampuan auditorinya bagus, kebanyakan harus disempurnakan dengan visualisasi. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik yang menuntut guru harus dapat memahami karakteristik setiap siswanya agar strategi dan metode pembelajaran yang diberikan dapat tepat sasaran. Belum lagi, ini terjadi di sekolah baru yang memang peraturan atau tata tertib di sekolahnya belum disusun dengan baik sehingga siswa masih leluasa untuk melakukan pelanggaran. Seharusnya ketika akan membuka sebuah sekolah harus diawali dengan penyusunan tim guru yang kompeten dan peraturan yang ajeg, untuk guru dan siswa tentunya.
Dalam perbincangan ini tiba-tiba Ibuku nimbung, “sebelum belajar nyanyi Indonesia Raya dulu gak?” tanyanya. Aku malah kebingungan dengan pertanyaan mama. “kalau mau belajar iya nyanyi Indonesia raya setelah tadarusan” jawab adikku. Aku masih berpikir nyayi Indonesia Raya ketika upacara mungkin. “kalau mau pulang?” mama bertanya lagi. “loh emang harus nyanyi lagi kalau mau pulang?” tanyaku yang mulai kebingungan. Dari perbincangan ini aku baru tau kalau ada peraturan baru yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan yaitu, Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Dalam peraturan itu, diatur bentuk-bentuk kegiatan wajib maupun pembiasaan umum yang dapat dilakukan sekolah kepada peserta didik. 
Adapun beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, adalah sebagai berikut:
  • Melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin dengan mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai denganketetapan sekolah.
  • Melaksanakan upacara bendera pada pembukaan MOPDB untuk jenjang SMP, SMA/SMK.
  • Sesudah berdoa setiap memulai hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
  • Sebelum berdoa saat mengakhiri hari pembelajaran, guru dan peserta didik menyanyikan lagu bernuansa patriotik atau cinta tanah air, baik lagu wajib nasional, lagu daerah maupun lagu terkini
Oalah aku kudet sekali nampaknya, kurang update banget ini mah sampai-sampai peraturan menyanyi lagu Indonesia Raya sebelum memulai pelajaran di sekolah dan lagu kebangsaan setelah selesai pembelajaran di sekolah saja aku baru tahu. Menurutku peraturan ini sangat bagus untuk membimbing siswa mengenal lagu Nasional dan merapkan cinta akan  tahan airnya. Sayangnya, tidak semua guru melaksanakan peraturan tersebut, di sekolah adikku contohnya. Ketika akan memulai pelajaran mereka pasti menyanyikan lagu Indonesia Raya namun setelah pelajaran selesai terkadang ada guru-guru yang tidak mengajak siswa untuk menyanyi lagu-lagu nasional. Hanya beberapa guru saja yang patuh dan melaksanakan peraturan ini. Sisanya seperti acuh tak acuh, padahal peraturan ini adalah sarana yang tepat mengenalkan siswa pada kebudayaan nasional. Mungkin nantinya perlu diadakan sosialisasi mengenai hal ini kepada pada guru agar dapat menanamkan karakter positif dan budi pekerti kepada siswa.
            Guru, adalah orang yang menentukan kemajuan suatu Negara. Ketika tenaga pengajarnya memiliki kompetensi dan kualifikasi yang baik serta bervisi untuk mencapai tujuan pendidikan secara luas maka bisa dipastikan bahwa Negara itu akan menjadi Negara yang maju sumberdaya manusia dan teknologinya.
                                                                                                                        Nita Anggraeni
                                                                                                For TER 2016