Waktu
terus berjalan, bersamaan dengan detik jarum jam yang tak pernah bosan
berputar. Memulainya pada satu titik lalu kembali pada titik yang sama.
Tidak kah ia jengah kembali pada titik itu lagi dan lagi?
Jika
jarum jam itu adalah aku, mungkin aku sudah berusaha untuk keluar dari
kungkungan kaca yang menjauhkanku dari dunia. Berlari, mencari, berlari,
menari, berlari, tak terkendali untuk menemukan titik-titik lain yang
belum pernah aku temui. Bukan lagi titik-titik pada jam yang hanya
terbatas enam puluh saja. Itu pun bila aku memiliki kekuatan untuk
melakukannya. Bila aku mampu untuk menjangkaunnya. Bisa saja aku sudah
menyerah lebih dulu ketika tak berhasil mengeluarkan diri dari kungkungan kaca itu.
Bukankah
sebuah jarum yang menunjukkan detik pada jam hanya sebuah garis lurus
yang kurus? Lebih kurus dari jarum yang menunjukkan menit dan jarum yang
menunjukkan jam. Namun, dipaksa bekerja lebih keras dibandingkan kedua
jarumnya yang lain. Mungkin ia bukan yang paling kuat, namun ia paling
berarti. Bekerja tanpa henti meski tak ada yang peduli.
Menuliskannya
seperti mengatakan bahwa tak apa tak bersama asalkan bisa melihatmu
bahagia. Klise. Terlalu klise untuk mengatakan itu. Berjuang menahan rasa
yang membuncah dalam dada. Kemudian memaksanya untuk tidak meledak dan
mengejutkan mereka. Membiarkannya terpenjara dalam sebuah ruang gelap
yang memang sudah disiapkan untuk buncahan rasa yang
tertanam. Katanya, sediakan ruang untuk kecewa. Maka ruang itu lah yang
kini siap untuk digunakan. Ruang untuk kecewa, namun berusaha untuk
menggantinya agar tak bernama kecewa. Menggunakan
setiap kata lain yang bisa menggantikan kata kecewa. Aku tak kecewa.
Hanya sedang mencari kata apa yang tepat menggantikannya.
Melihat
senyuman bak rembulan sabit yang melengkung sempurna menghiasi malam,
aku merasa sedikit tenang meski berbaur dengan secuil sakit. Mengatakan
bahwa aku bahagia saat melihatmu bahagia ternyata tidak lah sulit. Toh,
aku hanya perlu mengatakannya, kan?
Ini bukan untukmu, untuknya atau siapapun. Ini hanya ungkapan tentang rasa yang sulit diungkapkan. Sulit diartikan.
No comments:
Post a Comment